Table of Content

Makna Proklamasi Kemerdekaan

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan itu berlangsung berabad-abad. Perjuangan dilakukan dengan bermacam cara, baik secara fisik maupun non fisik, koperatif maupun non koperatif (kerja sama dan tidak bekerja sama dengan penjajah). Namun pada 17 Agustus 1945 atas berkat rakhmat Tuhan Yang Maha Esa, perjuangan itu mencapai puncaknya. Proklamasi kemerdekaan telah membentuk lahirnya negara Indonesia. Semua ini didorong oleh semangat untuk memenuhi amanat penderitaan rakyat yang dijiwai Pancasila.
teks proklamasi
teks proklamasi
 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi (titik tertinggi) dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejarah perjuangan tersebut panjang sekali. Pada uraian ini, secara ringkas akan dibahas tonggaktonggak sejarah perjuangan bangsa.

a. Bangsa Indonesia (Abad VII XVI)

Kedaulatan dan kejayaan yang dimiliki kerajaan Sriwijaya (Sumatra Selatan) dan Majapahit (Jawa Timur), meliputi seluruh Nusantara. Pada aman itu Indonesia mengalami kehidupan yang gemah ripah loh jinawi, tata tentram, kerta-raharja. Nilai-nilai Pancasila meskipun belum dirumuskan secara konkrit, saat itu telah menjiwai bangsa Indonesia dan dilaksanakan dalam kehidupan. Nagarakartagama karangan Mpu Prapanca telah menguraikan unsur musyawarah dalam susunan pemerintahan Majapahit, juga antara lain tentang hubungan Majapahit dengan negara tetangga dan perluasan wilayah kekuasaannya. Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular juga telah melukiskan sikap toleransi dan kerukunan umat Hindu dan Budha.
Kedua kerajaan ini menjadi tonggak sejarah perjuangan bangsa kita dalam meraih cita-cita bangsa.

b. Penjajahan Bangsa Barat dan Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia (Abad XVII XX)

Lembaran hitam sejarah Indonesia dimulai dengan datangnya bangsa-bangsa Barat yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Mereka berlomba merebut kemakmuran bumi Indonesia, antara lain rempah-rempah. Penjajah Barat telah menghilangkan semua kejayaan, persatuan, kemakmuran, dan kedaulatan yang telah kita raih pada masa kerajaan Nusantara. Oleh karena itulah penjajahan yang dilakukan bangsa Barat dijadikan tonggak sejarah perjuangan dalam meraih cita-cita kita.

Perlawanan patriotik terhadap imperialisme dari para pahlawan bangsa sangatlah gigih. Hal ini dilakukan sejak para penjajah menginjakkan kakinya di Indonesia. Mereka yang bergerak mengadakan perlawanan, antara lain:
  1. Pada abad XVII dan XVIII: Sultan Agung (Mataram, 1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa (Banten, + 1650), Hasanudin (Makasar, 1660), Iskandar Muda (Aceh, + 1635), Untung Surapati dan Trunojoyo (Jawa Timur, + 1670), dan Ibn Iskandar (Minangkabau, + 1680).
  2. Pada awal abad XIX: Patimura (Maluku, + 1817), Imam Bonjol (Minangkabau, + 1822 1837), Diponegoro (Mataram, + 1825 1830), Badarudin (Palembang, + 1817), Pangeran Antasari (Kalimantan, + 1860), Jelantik (Bali, + 1850), Anak Agung Made (Lombok, + 1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nya Din (Aceh, + 1873 1904), dan Si Singamangaraja (Batak, + 1900).
Hampir di setiap daerah di Indonesia terjadi perlawanan fisik melawan pemerintahan Hindia Belanda. Namun perjuangan itu dilakukan sendirisendiri. Tidak ada persatuan sehingga kita tidak berhasil mengusir penjajah pada waktu itu.

c. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908)

Kegagalan perlawanan fisik karena tidak terkoordinasi pada masa lampau telah mendorong para pemimpin awal abad XX untuk berjuang dengan cara lain. Perjuangan diawali dengan menumbuhkan kesadaran bangsa akan pentingnya bernegara. Maka lahirlah organisasi politik, sosial dan pendidikan. Pelopornya adalah Budi Utomo (20 Mei 1908). Organisasi ini merintis cara baru menuju tercapainya cita-cita perjuangan bangsa.
gmbr : trio Tokoh-tokoh pengerakan Nasional Indonesia yaitu: Ki Hajar Dewantoro, Dr. Setiabudi (Douwes Dekker) dan Dr. Tjipto Mangunkusumo.

Para pahlawan perintis pergerakan nasional lainnya adalah H.O.S. Tjokroaminoto (Sarekat Islam, 1912), Douwes Dekker (Indische Partij, 1912), Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantoro dan Tjiptomangunkusumo (Indische Partij) serta masih banyak nama-nama lainnya. Setelah Budi Utomo berdiri, kita dapat membedakan perjuangan bangsa Indonesia sebelum dan sesudah tahun 1908.
Perjuangan bangsa Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia

d. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)

Sumpah pemuda telah menegaskan bangsa Indonesia bahwa untuk mencapai kemerdekaan itu perlu persatuan bangsa. Tali pengikatpersatuan bangsa adalah bahasa Indonesia. Pada 28 Oktober 1928 para pemuda Indonesia yang dipelopori antara lain oleh Muhammad Yamin, Kuntjoro Purbopranoto dan Wongsonegoro, mengumandangkan sumpah pemuda. Sumpah pemuda Indonesia mengaku adanya bangsa, tanah air, dan bahasa yang satu, yaitu Indonesia.

e. Penjajahan Jepang (9 Maret 1942 1945)

Perang Pasifik meletus pada tanggal 7 Desember 1941, dengan dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Jepang dapat menduduki daerah-daerah sekutu (Amerika, Inggris, Belanda) di Pasifik. Oleh karena itu, pada tanggal 9 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau Belanda.

Jepang mengetahui bahwa Indonesia menghendaki kemerdekaan, sehingga ada propaganda bahwa mereka akan membebaskan Indonesia dari Belanda. Mereka memperbolehkan rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun semua itu hanya tipu muslihat agar rakyat Indonesia membantu Jepang melawan Belanda. Sesungguhnya mereka tak kurang kejamnya dari penjajah Belanda. Rakyat Indonesia mengalami banyak penderitaan dan penindasan pada waktu itu.
Kekacauan dan penderitaan rakyat karena tipu muslihat Jepang menimbulkan perlawanan di beberapa daerah Indonesia. Perjuangan melawan penjajah Jepang terjadi di beberapa daerah, antara lain:
  1. Aceh, dipimpin Tengku Abdul Djalil (1942) dan Tengku Hamid (1944).
  2. Jawa Barat (Banten, Sukamanah, Indramayu) yang sangat terkenal ialah perlawanan di Sukamanah, Singaparna yang dipimpin oleh Kyai Haji Zainal Mustofa.
  3. Pontianak, Kalimantan Barat (1944).
  4. Blitar (14 Februari 1944) dipimpin pasukan PETA (Pembela Tanah Air) dibawah Komandan Supriyadi.
Searah perjalanan sejarah, Perang Pasifik menunjukkan akan berakhir, dengan kekalahan Jepang di mana-mana. Di ujung kekalahannya Jepang masih mencoba menarik hati bangsa Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia bila kelak perang telah selesai. Janji itu diucapkan Perdana Menteri Jepang Koiso (9 September 1944).

Sebagai tindak lanjut dari janjinya itu, maka 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan ini kemudian terbentuk pada tanggal 29 April 1945. BPUPKI (Dokurisu Zyunbi Tjoosakai) baru dilantik pada 28 Mei 1945 dan mulai bekerja pada tanggal 29 Mei 1945. Badan penyelidik ini bertugas mempersiapkan kemerdekaan dan merumuskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara yang merdeka.

BPUPKI yang diketuai dr. KRT Rajiman Wediodiningrat dan Wakilnya R.P. Soeroso berhasil merumuskan:
  1. Dasar Negara Pancasila.
  2. Rancangan Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian menjadi UUD 1945.
  3. Piagam Jakarta, yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 pekerjaan BPUPKI dianggap selesai dan dibubarkan. Kemudian 9 Agustus 1945 dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokurisu Zyunbi Inkai) yang diketahui Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Mohamad Hatta. PPKI semula merupakan badan buatan Jepang untuk menerima hadiah kemerdekaan dari Jepang . Namun setelah Jepang kalah dan Proklamasi Kemerdekaan RI, PPKI menjadi badan nasional Indonesia . PPKI mempunyai kedudukan dan fungsi penting yaitu:
  1. Mewakili seluruh bangsa Indonesia.
  2. Sebagai pembentuk negara (yang menyusun negara RI setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945).
  3. Sebagai badan yang berwenang meletakkan dasar negara.

f. Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945

Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah kepada Sekutu. Saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia, karena Inggris (yang bertugas memelihara keamanan Asia Tenggara, termasuk Indonesia) belum tiba di Indonesia.

Situasi ini dimanfaatkan para pemimpin khususnya para pemuda untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan. Situasi ini dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Ketika Bung Karno dan Bung Hatta kembali dari Dalat (setelah menghadiri undangan Marsekal Terauchi, 12-14 Agustus 1945), Sutan Syahrir memberitahukan kepada mereka bahwa Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Beliau meminta Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang dipimpin Sukarni dan Wikana mendesak kedua pemimpin itu untuk memproklamasikan kemerdekaan saat itu juga. Namun Bung Karno menolak permintaan tersebut, karena hendak berunding dengan para anggota PPKI. Hal itu dianggap para pemuda sebagai tindakan yang lamban. Mereka ingin bertindak cepat dan mengadakan gerakan revolusi, dengan menyerang, merampas senjata, dan merebut kekuasaan Jepang secara kekerasan.

Karena Bung Karno menolak permintaan para pemuda, pada tanggal 16 Agustus 1945 dinihari Bung Karno dan Bung Hatta dibawa para pemuda ke Rengasdengklok (Markas Kesatuan PETA). Mereka diharapkan para pemuda untuk memimpin revolusi dengan Rengasdengklok sebagai pusatnya. Tapi rencana itu gagal, karena Bung Karno dan Bung Hatta dijemput MS. Subardjo untuk melanjutkan rencana Proklamasi di Jakarta.

Pemimpin tentara Jepang di Jakarta melarang Bung Karno mengadakan rapat. Bung Karno dan Bung Hatta tidak memperdulikannya. Mereka mengadakan rapat mulai pukul 24.00 - 03.00 malam Jumat di rumah Laksamana Maeda (Perwira Tinggi AL Jepang) yang bersimpati kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Rapat itu menghasilkan teks proklamasi, yang kemudian dibacakan esok harinya, Jumat 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di ruangan kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Posting Komentar